Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Pengalaman Seru Jadi Surveyor Ke Daerah Banjarwangi

Udara pagi menyelinap dari celah jendela kamar mengusik tidurku. Melewati jalan bekelok dan beberapa tikungan tajam ku tancap gas motor semakin kencang. Sambutan udara pagi pegunungan dan harumnya yang khas menghentikan laju motor ini. Perut yang keroncongan memaksa kaki ini untuk menghampiri sebuah warung kecil di pinggir jalan dekat sebuah batu besar tinggi menjulang. 


Menikmati pemandangan alam sekitar untuk istirahat, duduk dan mencicipi hangatnya teh manis buatan si ibu pemilik warung. Hangatnya teh manis menghangatkan suasana pagi kala itu. Bertegur sapa, sesekali kutanyakan  tentang sebuah kampung bernama 'Cidatar'. dan yes akhirnya dapatlah sedikit informasi tambahan mengenai kampung tersebut. Segelas teh manis dan beberapa gorengan cukuplah untuk menyemangati perut dalam petualangan kali ini. Perut sudah tidak prtotes lagi, informasinya juga sudah dapat dan semangatpun mulai bangkit lagi. 

Bergegas meninggalkan warung dan go go go CIDATAR..... Perkebunan teh tak nampak lagi, kanan kiri jalan kini berganti pemandangan menjadi ladang ladang milik penduduk setempat. Jalan aspal kini telah berubah menjadi jalan batu terjal yang bercampur tanah merah. Awalnya masih semangat meski jalannya mirip dengan sungai kering. Hanya bisa ketawa terbahak bahak ketika motor mau jatuh. Masih juga terlihat para petani yang sedang bercocok tanam. O yeah Perjalanan yang sangat seru. Semakin jauh jalannya semakin hancur, Busset dah ini jalan ngajak ribut. ''Mendingan kalo pake motor trail, lah ini pake motor matic asruk-asrukan ka jero gunung, mana musim hujan''. Nah disini mulah deh nyalinya ciut dan kepikiran untuk pulang. '' kalau bukan yang penting penting banget ogah banget nerusin ini perjalanan.

Katakan WoW unuk jalan ini, tambah stres aja jadinya. Parah jalannya mas bro. Semakin jauh, terus, terus dan terus eh belum sampai juga. Sudah males bertanya, setiap orang yang saya tanya jawabnya ''sudah dekat a,sedikit lagi, itu di depan'' sudah dekat tapi tetep aja jauh. Berpasan dengan dengan petani yang sedang mengendarai motor mengangkut hasil panennya. Yang ini jawabanya paling jujur. ''Wah masih jauh Cidatar mah, lagian kalo mau ke daerah sini mah jangan pake motor matic atuh''
''Yah si bapa kalau tau jalanya kaya gini mah ogah pake motor trail juga''
''Tapi hebatlah bisa sampai sini pake motor matic''
''Hebat, hebat, ini dalam rangka terpaksa dan memaksakan diri he he'' jawabku

Belok kiri, belok ka kanan, turunan, tanjakan, turunan lagi tanjakan lagi dan alhamdulillah meskipun dengan bercucuran keringat akhirnya tiba juga di Kampung Cidatar. Antara bersyukur dan penyesalan. Bersyukur karena telah sampai ditujujan dan menyesal karena teleh memilih kampunp ini. 
Yang memperparah keadaan itu adalah kepikiran pulang pas baru saja tiba. ''Nanti pulangnya gimana?''
Ditambah hujan, ditambah lagi pak Rw yang dituju tidak ada ditempat karena sedang ada di ladangnya yang jauh disana. Kepaksa nungguin pak Rw pulang dengan perasaan tidak tenang dan harap harap cemas.
PAASSRRRAH, kata istrinya sebentar lagi pulang.
Dalam hati ''Sebentar dari mana orang saya nunggu sudah hampir empat jam''.
Jam dua siang pak Rw baru datang, dan tanpa basa basi langsung ke target pembicaraam. Setelah ngobrol dan dapat izin langsung bergegas menuju rumah rumah warga yang sudah ditentukan untuk di wawancarai.
Jam sudah menunjukan jam lima sore. Perut yang sejak tadi siang protes belum juga terisi nasi. Seolah tak ingin kehilangan banyak waktu protes sang perutpun terus saya tahan. Lapar pun mulai terlupakan dengan quisioner yang belum selesai. Tepat sesuai dugaan. Semua beres saat adzan magrib berkumandang. Uuckh lega rasanya. Akhirnya saia bisa bernafas panjang.
Respoden terakhir berbaik hati mau mengizinkam saya untuk menginap dan memberi makan. Namun tanda tangan Pak Lurah belum dapat, membuat bingung antara menginap dan pulang saat itu juga. Pemiilik rumah malah tetap memaksa saya untuk menginap karena khawatir dengan kondisi jalan bekas hujan ditambah malam semakin gelap.
Setelah mencari informasi mengenai jalan mana yang aman, akhirnya saya memberanikan diri untuk puĺang. Cemas, tegang, takut dan degdegan bercampur aduk jadi satu. Malam, hujan dan dingin yang mencekam, turunan tajam semua komplit.

Post a Comment for "Pengalaman Seru Jadi Surveyor Ke Daerah Banjarwangi"